Kamis, 07 Juni 2012

FF "BELIEVE" || Part 7-12







Sesaat setelah Kyuhyun sampai di rumah megah itu, yeoja yang kemarin menemuinya di taman air mancur. Ia mendekati Kyuhyun.
"Oh, kau benar-benar datang?" ucap yeoja itu sambil tersenyum.
"Ya! Kau membuatku penasaran. Kenapa kau memintaku ke rumahmu?" balas Kyuhyun.
Yeoja itu terkekeh, "Haha.. ayo masuk."
"Emm noona, boleh kutahu siapa namamu?" tanya Kyuhyun ragu.
"Namaku? Kau cukup memanggilku Eunyoung."
"Ne noona"
"Lalu kau?"
"Kau bisa memanggilku Kyuhyun."



- xxx -


"Sungguh? Aku yakin itu bukan kekasihnya.." ucap Inyeon lemas.

Bagaimana tidak? Teman seperjuangannya -biasa dipanggil Arcelia- melihat Kyuhyun sedang ada di rumah orang lain.



"Ya! Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri Inyeon-ah!" pekik Arcelia.
"Dimana?"
"Rumah mewah dekat traffic light."
"Apa dia tidak bekerja dan malah pergi ke rumah yeoja lain?"
"Entahlah, yang jelas tadi aku melihatnya sedang berduaan dengan yeoja misterius itu.."

Inyeon cemburu? Ya. Dia mencintai Kyuhyun sejak ia pindah ke kompleks perumahan yang juga ditempati Kyuhyun. Loper koran tampan itu berhasil memikat hatinya.


- xxx -




Donghae segera menuju rumah sakit dimana Eunseo sedang dirawat. 3 bulan ia bersamanya tak pernah ada alasan gagal bertemu karena sakit.


- xxx -


Donghae sampai di kamar 227 lantai 3 Yeoreo Hospital. Dilihatnya dari jendela tubuh Eunseo yang telentang lemas. Banyak alat-alat pembantu pernapasan dan juga dokter yang sedang menanganinya. Dokter dan perawatnya pun keluar.

"Dokter!" panggil Donghae.
"Ne? Anda siapa? Keluarga Eunseo?"
"Aniya. Saya..."
"..."
"Saya kekasihnya Dok."
"Anda sudah tau penyakit Eunseo?"
"Penyakit?"
"Ya. Ada kanker di dalam tubuhnya. Kanker itu menyerang pencernaan, tepatnya lambung. Apa anda benar-benar belum mengetahuinya?"
"Tidak mungkin..."


- xxx -


Inyeon sampai di kamarnya. Dilepasnya semua asesoris. Rambut berkucir 2, kacamata minus, juga bando warna warninya.
Ya, sesungguhnya inilah diri Inyeon yang asli. Cantik dengan rambut lurus hitamnya. Namun semuanya berubah saat ia melihat seorang Kyuhyun.

Direbahkan tubuhnya ke ranjang. Ia kesal. Cemburu. Sedih. Perasaannya campur aduk.

Apakah secinta itu dia dengan Kyuhyun?

"Aku hanya ingin memilikinya.."
"Apa aku harus mengakui semua?"
"Kurasa dia belum mengetahui diriku yang asli.."
"Aku harus mengakuinya."
"Apa dia mau menerimaku seperti ini?"
"Apa aku kalah cantik dengan yeoja misterius itu?"


- xxx -





"Apa kau guru?" tanya Kyuhyun.
"Tidak. Aku hanya ingin berbagi ilmu padamu Kyu-ah."
"Sebaik itukah?"
"Kau sedang mengejekku?!"
"Ohaha aniya.. hanya saja kau baik sekali padaku.."
"Tidak juga -_- aku kagum pada otakmu.. Berapa IQmu? Pintar sekali kau.. aku butuh waktu satu bulan untuk menghafal nama-nama tokoh dari Jepang saat menjajah Korea.. sedangkan kau? Kau hanya sebulan!"
"Entahlah, aku bahkan tidak bermaksud untuk menghafal semua itu.."

Mereka tertawa bersama.

"Oh aku pulang dulu ne? Aku harus bekerja lagi.. terimakasih sudah mengajariku Noona Arcelia!" pekik Kyuhyun sambil keluar dari rumah Arcelia.
"Hati-hati di jalan!"

Kyuhyun kembali mengarahkan sepeda bututnya. Ia melewati pagar rumah warga dekat rumah Arcelia dan menuju cafe tempatnya bekerja.


- xxx -


Malam ini Inyeon malas untuk makan malam dengan Kyuhyun. Ia lebih memilih membaca novel tanpa kacamatanya. Ya, sesungguhnya kacamata minus yang selalu dipakai Inyeon hanyalah kacamata minus palsu.

Kring kring!

"Aku tidak akan menemuimu, kau jahat!" gumam Inyeon sambil melihat keluar jendela. Kamarnya yang berada di lantai dua tentu saja bisa melihat Kyuhyun yang masih berada di kejauhan dari jendela kamarnya.

Ia kembali menutup gorden dan fokus ke novel-novel terjemahan miliknya.


- xxx -


"Inyeon-ah!" panggil Kyuhyun.
"Inyeon-ah!"

Tak ada jawaban.

"Inyeon-ah!"
"Aku benci kau!!!"

Teriakan keras dari kamar Inyeon terdengar. Itu membuat Kyuhyun kaget.

"Apa di kamarnya sedang ada orang lain? Atau memang dia sedang menjawab panggilanku tadi?"


- xxx -





"Selamat pagi chagi.." ucap Donghae.
"Ah kau masih disini, kenapa tidak pulang saja?" balas Eunseo lemas. Ia masih tertidur di ranjang rawat[?]nya.
"Aku ingin menunggumu chagi."
"Berhentilah memanggilku chagi!" kata Eunseo.
"Shireo"
"Wae?"
"Karena aku mencintaimu.."

Donghae mengelus wajah Eunseo. Tangannya gemetar. Rambut Eunseo sudah banyak yang rontok. Badannya kurus. Ia bahkan tidak mau menjalani kemoterapi.
Tanpa sadar Donghae menitikkan air matanya.

"Hae-ah, kenapa kau menangis?"
"Eh?"

Ketahuan.
Ia benar-benar mencintai Eunseo.
Sambil menangis, Donghae mencium kening Eunseo seakan berkata 'jangan-tinggalkan-aku'.


- xxx -


Pagi ini Kyuhyun kembali mengendarai [?] sepeda bututnya. Melempar lembaran koran ke setiap rumah.
Ia memberhentikan sepedanya tepat di depan rumah Inyeon.

Nihil.

Mobil Inyeon sudah tak ada. Ia berangkat bersama supirnya.
"Kenapa dia? Apa dia marah padaku? Tumben sekali tidak berangkat ke halte bersamaku.."

Kyuhyun segera mengayuh sepedanya menuju rumah teman seperjuangan [?] Inyeon --Eunyoung.
Beruntung Eunyoung sedang ada di teras rumahnya.
"Hei Kyu-ah!" panggil Eunyoung.
Kyuhyun segera memarkir sepedanya di pinggir jalan. Eunyoung pun mendekatinya.
"Tumben sekali kau tidak bersama Inyeon.."
"Aku tidak menemuinya pagi ini.."
"Kenapa? Apa karena kau punya kekasih baru?"
"Kekasih?"
"Bukankah kemarin kau pergi ke rumah seorang yeoja. Kalian tampak cocok."
"Jadi..."
"Ya. Inyeon marah, mungkin?"
"..."
"Aku pergi dulu Eunyoung-ah."
"Hei mau kemana kau! Aku belum selesai bicara!"
"..."
"Ishh...!!"


- xxx -





Hari sudah malam. Dikabarkan salju akan turun malam ini.
"Hae-ah.. maukah kau membawaku keluar? Aku ingin melihat salju turun.."
"Tapi.."
"Tapi apa? Karena aku sakit? Lupakan. Aku merasa cukup baik sekarang.."
"Sungguh?"
Eunseo mengangguk. Donghae kemudian memindah tubuh Eunseo yang semula di ranjang ke kursi roda.
Tak tahu seberapa cepat kanker menyebar, rambut Eunseo sekarang sudah benar-benar habis.

Donghae membawa Eunseo ke tam depan rumah sakit. Disana ada tempat duduk.

"Eunseo-ya.."
"Hm?"
"Kau ingin tahu seberapa besar aku mencintaimu?"
"Bagaimana?"
"Lihatlah ke atas.."
"Ada apa?"
"Hitunglah bintang itu."
"Satu dua tiga empat lim... satu dua.. arrgghh sampai mana tadi!"
"Kau tak bisa menghitungnya bukan?"
"Mana bisa aku menghitung bintang sebanyak itu?"
"Itulah cintaku padamu, tak terhingga.."
"Kau romantis sekali Hae-ah.."
"..."

Hening sejenak menggerayapi. Suasana canggung nan romantis mendera. Salju belum juga turun.

"Hae-ah, aku mengantuk.. bolehkah aku tidur?"
"Asal kau tidur di pangkuanku.."
"Bagaimana?"

Donghae menggendong tubuh Eunseo ke pangkuannya. Saat ini ia sedang duduk di tanah. Dengan kaki diluruskan dan Eunseo ada di dadanya.

"Tidurlah, nanti jika salju turun akan kubangunkan.."
"Baiklah.."
"Tapi sebelumnya, katakan bahwa kau mencintaiku."
"Apa?"
"Ayolah.. aku ingin mendengar kata itu.."
"Sungguh?"
"..."
"Hwang Eunseo mencintai Lee Donghae. Apa itu cukup?"
"Katakan sekali lagi."
"Hwang Eunseo mencintai Lee Donghae!"
"Sekali lagi.!"
"Ya! Aku tidak suka ini. Lebih baik aku tidur.."
"Jangan!"
"Wae?"

Donghae memegang tangan kanan Eunseo. Mencium punggung tangannya.

"Sekarang katakan, kau mencintaiku."
"Tidak mau."
"Apa?!"

Donghae menghadapkan wajah Eunseo ke wajahnya. Mendekatkan keduanya. Dan chuuuuupp~ bibir Donghae mencium bibir Eunseo.

Dirasakan sebuah cairan di mulutnya. Air mata Donghae menetes. Ia kembali terpikir tentang penyakit Eunseo.

Ia menghadapkan wajahnya ke angkasa. Menyeka air matanya. Tunbuh Eunseo semakin melemah. Ia memeluk erat tubuh mungil Eunseo. Pelukan dari Eunseo memudar. Tangannya jatuh seketika dari tangan Donghae.

"Aku mencintaimu.. Sayang sekali kau sudah tidur, aku ingin membangunkanmu.. salju sudah turun Eunseo-ya.. Selamat tinggal.." batin Donghae. Ia menangis. Eunseo sudah tak ada.

"Saranghae.. percaya padaku, aku akan mencintaimu hingga kiamat datang nanti.."

Peristiwa mengharukan itu disaksikan oleh banyak orang semua mata yang menatapnya ikut menangis. Bahkan Eunhyuk, Kyuhyun, Inyeon, Eunyoung dan Arcelia pun ikut menangis.

Romantis. Namun juga menyedihkan.


- xxx -





"Jadi.. kalian sudah baikan?" tanya Donghae.
"Ya, aku hanya salah paham dengannya." jawab Inyeon malu.
"Ini semua gara-gara Arcelia"
"Aku?"
"Ya! Kenapa kau perlu mengatakan kalau Kyuhyun pergi ke rumah Eunyoung?"
"Mianhae Inyeon-ah, hehe.." kekeh Arcelia.
"Sudahlah.. tak apa, aku hanya ingin mengajari Kyuhyun untuk belajar. Setidaknya dia nanti sudah bisa ikut ujian dan mendapat ijazah[?] untuk masuk ke universitas." timpal Eunyoung.
"Kalian ini pasangan yang lucu.." canda Donghae.

Mereka tertawa bersama. Donghae hanya tersenyum. Ia kembali mengingat Eunseo.


- xxx -


"Kau melihatnya? Aku tak bahagia di dunia ini tanpamu. Aku akan menyusulmu chagi.." --Lee Donghae.

"Aku mencintaimu Donghae. Aku mencintaimu. Kau sudah mendengar kata itu dua kali. Jika minta lebih banyak, nanti kau akan mendapatkannya." --Hwang Eunseo.

"Cinta apa adanya? Kyuhyun bisa menerimaku. Ia bahkan memaafkanku. Aku menciainya." --Park Inyeon.

"Kau harus bangga menjadi Nyonya Cho. Aku tidak ingin mati duluan sebelum menikah denganmu. Saranghae Park Inyeon." --Cho Kyuhyun.

"Berburuk sangka malah membawa kebahagiaan. Ikut membagi pengetahuan juga baik. Aku mencintai Tuhan, begitu juga sebaliknya." --Eunyoung.

"Walau aku hanya bisa melihat, yang jelas aku akan menemukan cinta sejatiku. Sesungguhnya Tuhan sangat adil." --Eunhyuk & Arcelia.




- THE END -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar