No Boy No Cry / Nai shōnen wa nakanai (ない少年は泣かない)
Author : Nasy’ah Mujtahidah Madani
ID : ~NaKyu
Facebook : Nasy’ah Mujtahidah Madani
Nay Otaku Gekikara
Twitter : @KYUHYUNASYAH
Blog : http://nmmadani.wordpress.com
Main Cast :
1. Admin ~NaKyu a.k.a Park In Yeon
2. Kyuhyun Super Junior a.k.a Cho Kyuhyun
3. Donghae Super Junior a.k.a Lee Donghae
Sub Cast :
1. Azhari Hasna Lathifah a.k.a Park Chan Ah
2. Afifah Nur Indah a.k.a Shin Rin Mi
3. Nanda Wulan Cakti a.k.a Kim Hwa Young
4. Muthiaaya Noor Shafa a.k.a Shin Soo Yoong
5. Sulli f(x) a.k.a Yoo Young Rin
6. Leeteuk Super Junior a.k.a Park Jung Soo
7. Eunhyuk Super Junior a.k.a Lee Hyuk Jae
8. Sungmin Super Junior a.k.a Lee Sung Min
9. Heechul Super Junior a.k.a Kim Hee Chul
10. L Infinite a.k.a Yoo Young Jin
Genre : Romance, hurt, angst
Rating : PG-13
Length : Chaptered
Credit Pic : Afifah Nur Indah K
Song Theme :
Recommended Songs :
Akibahara 48 (AKB48) – Baby! Baby! Baby!
Kishimoto Hayami – Meikyuu
Super Junior - Way
Super Junior – Walkin’
Super Junior – Y
Super Junior K.R.Y. – Let’s Not
Disclaimer : CHO KYU HYUN IS MINE !!! *no protes* XD
Aniyo~ Super Junior is ELF’s, but Kyu and this FF is Author’s :P
Notes :
You know what?! Ini hanya FF percobaan, jadi kalau jelek dan alurnya masih gak jelas ya maklumi sajalah.. Lagian saya juga baru jadi author pemula, kekekekkeee~ WARNING! Typo dimana-mana!!!!!!!!!! Sudahlah, daripada basa-basi mending langsung aja ya, happy reading, check this out ^^
* QUOTES *
“Hujan membawaku padanya.Aku merasakan detak yang berbeda saat berada di dekatnya. Seluruh tubuhku lumpuh dibuatnya. Aura berbeda yang terpancar dari dirinya sangat mempesona. Ia begitu berpengaruh. Hari-hariku makin indah dengannya. Mungkin Tuhan akan membalas perbuatannya. Aku sungguh beruntung telah mendapatkan anugerah terindah itu. Akan selalu kujaga selama nafasku belum habis. Demi dirinya yang sangat berguna bagiku. Aku mencintainya.” –Cho Kyuhyun.
“Usaha yang baik akan selalu memuaskan. Aku ingin ia menerimaku. Aku menginginkannya. Dia adalah suntikan surgaku. Sebenarnya aku tak berharap banyak. Aku hanya ingin Tuhan selalu bertindak adil. Lebih baik hidup dengan dirinya atau mati dengan nihil. Mati mengenaskan lebih baik daripada aku terus dilanda kecambuk-kecambuk kebencian. Kata-kata menusuk akan kuhapus dari lembaran kehidupanku. Aku akan berusaha mendapatkannya. Akankah Tuhan melakukan itu padaku?” –Lee Donghae.
NO BOY NO CRY [first chapter]
^ Author’s PoV ^
Angin semilir melambai-lambai. Bunyi gesekan dedaunan yang menyeruak begitu terdengar di telinga. Mengingatkan pada sebuah kejadian dimana orang-orang sedang kesepian. Mereka berusaha menghilangkan rasa buruk itu dengan cara apapun. Beberapa ada yang berhasil, namun yang lain tidak. Mereka terus memikirkan mengapa mereka harus tidak berkawan.
Mereka menangis, langit pun tak tega. Tiba-tiba awan hitam datang, menutupi sinar teriknya matahari. Angkasa luas sedang mendung. Berbanding terbalik dengan manusia bahagia. Namun itu bahkan menjadi hati yang sejalur dengan manusia yang merasa kesepian.
“Apa Tuhan sudah melupakanku? Ia bahkan tak memberikan kenikmatan padaku.” gumam seorang yeoja yang tengah berdiri di balik kaca jendela. Menatap langit yang murung.
Hening menghampiri. Saat ini ia hanya memakai pakaian tidur. Tentu saja, waktu menunjukkan pukul 5.22 PM KST. Orang-orang yang lelah bersiap untuk tidur.
Air hujan turun perlahan dari langit yang sedang murung. Yeoja itu terdiam. Ia masih memikirkan sesuatu. Sebuah perkataan dimana perkataan itu sangat membuatnya menjadi tertekan. Ia bermimpi suatu saat nanti akan ada orang yang membutuhkannya. Menantinya pulang.
“Kata siapa Tuhan sudah melupakanmu?” sahut yeoja yang lain sambil berjalan ke ranjang milik yeoja yang tengah berdiri di balik jendela.
“Entahlah. Aku merasa bahwa tak semua orang menyukaiku. Mereka membenciku seakan aku belum pernah bertemu dengan mereka.” balas yeoja tadi sambil menghampiri temannya, lalu membaringkan tubuh mungilnya di ranjang.
“In Yeon-ah, kau bodoh. Tuhan sangat mencintai umatnya.”
“Tapi bagaimana bisa ia membiarkan makhluk ciptaannya hidup tanpa teman ?! Kau yang bodoh, Hwa Young-ya!” kata yeoja bernama In Yeon itu dengan nada tinggi.
“Lihatlah!! Langit menangis karena tadi kau berkata seperti itu!” pekik yeoja bernama Hwa Young.
“Kau tahu? Aku hidup sebatang kara semenjak umurku 9 tahun. Aku hanya dijenguk oleh pamanku tiap setahun sekali. Teman-teman sebayaku selalu menolakku karena aku tak punya orang tua. Sekarang usiaku sudah 19 tahun. Bagaimana bisa aku tidak dikatakan sebagai anak individual?! Setiap hari aku hanya menjalani aktivitasku tanpa ada yang menemani!” ketus In Yeon frustasi.
“Kapan kau bertemu denganku?” tanya Hwa Young.
“Waktu aku berumur 4 tahun. Saat aku sedang bermain game di kamar dan kau tiba-tiba datang. Wae?!” In Yeon mengintrogasi.
“Ada berapa jumlah pelayan di rumahmu ?” tanya Hwa Young lagi sambil berbaring di ranjang In Yeon dan memejamkan matanya.
“Satu, dua…. 22! Ya !! 22 pelayan rumahku menemani sejak 4 tahun sebelum aku lahir.” jawab In Yeon.
“Kau tidak sendiri, kan? Banyak pelayan yang bekerja padamu.”
“Apa gunanya pelayan yang begitu banyak jika mereka tak mempedulikanku ?!”
Hwa Young terdiam. Kali ini matanya sudah terbuka, mendapati In Yeon yang sedang menatap tajam padanya. Emosinya terpancing. Ia mencoba menenangkan dirinya sembari menghela nafas.
“In Yeon-ah…”
“Hmm ?”
“Kau tahu? Kau adalah yeoja paling beruntung di dunia ini. Sungguh-sungguh beruntung.”
“….”
“Kau tahu kenapa?”
“Mwoyeyo ?”
“Kau dilahirkan dari keluarga yang cukup terpandang. Hartamu banyak, kau cantik, pintar, berbakat. Tapi ada satu hal yang membuatku kecewa padamu..”
“….”
“Kau egois. Itulah yang menyebabkan kau tak punya banyak teman.” jelas Hwa Young.
Hwa Young mencoba mendekati In Yeon. Ia terpaku. Raut wajahnya menggambarkan bahwa apa yang dikatakan Hwa Young tadi adalah fakta. Otaknya berpikir keras. Mencoba mencerna penjelasan singkat dari Hwa Young.
“Kau benar, Hwa Young-ya.” desis In Yeon yang bahkan hampir tak terdengar.
Dengan cepat tangan Hwa Young meraih tubuh mungil Park In Yeon. Mencoba mengerti apa yang ada di pikirannya sekarang. Ia menepuk-nepuk punggung In Yeon.
“Walaupun orang tuamu sudah tak ada lagi, tapi kan kau masih punya keluarga, bukan? Bersyukurlah karena pamanmu masih bisa menjengukmu tiap tahun.. Dan kau..”
In Yeon melepaskan pelukan Hwa Young. Matanya memerah, menangis di pelukan Hwa Young.
Ya. Sejak bertemu Hwa Young, ia sedikit mengalami perubahan. Sejak Appa-nya meninggal, In Yeon hanya berdiam di kamarnya. Tidak pernah belajar, game selalu ada tiap harinya.
Namun Hwa Young mampu memberikan inspirasi untuk hidup dan bangkit lagi pada In Yeon. Orang tua In Yeon mengangkat Hwa Young sebagai anak angkatnya. Hwa Young ditemukan dalam keadaan tubuhnya lecet dan terbungkus jaket putih tebal dan tergeletak di depan rumah megah keluarga Park. Di jaketnya hanya terdapat selembar kertas bertuliskan ‘Hwa Young Kim 1993 5 4th’. Hwa Young pun dibawa ke dalam lalu diobati dan diperkenalkan dengan In Yeon. Hwa Young dan In Yeon hanya selisih usia 2 bulan.
Tuan dan Nyonya Park sebenarnya sudah mengangkat Hwa Young sebagai anaknya secara resmi. Namun mereka lebih tetap memilih jika nama marga Hwa Young adalah Kim, dan tidak mengubahnya menjadi Park. Mereka tidak memberitahu alasannya.
Semenjak In Yeon bertemu dengan sesosok Hwa Young, ia lebih merasa nyaman di dekat Hwa Young daripada dengan teman-temannya yang lain. Mungkin karena Hwa Young adalah satu-satunya orang yang mau menerima In Yeon dibalik latar sosialnya yang tidak memiliki keluarga. Paman In Yeon tinggal di negara tetangga, Sendai, Jepang. Wajar jika pamannya hanya bisa mengunjungi In Yeon tiap tahun sekali.
“In Yeon-ah ?”
Panggilan kecil dari bibir tipis Hwa Young membuyarkan lamunan aneh yang sedang In Yeon bayangkan. In Yeon kembali ke alam sadarnya setelah menyadari bahwa Hwa Young sudah berdiri di ambang pintu dan membawakan snack dan dua kaleng soda.
^ Author PoV End ^
- xxxxx -
^ Lee Sung Min PoV ^
‘Kring ! Kring ! Kring !’
“Aisshh.. Berisik.” gumamku setengah sadar. Masih dalam posisi tertidur.
‘Kring ! Kring ! Kring ! Kring !’
“Berisiiikkkk~ !!!!” teriakku keras. Kubanting jam weker menyebalkan yang selalu membangunkanku dari mimpi indah malam hari.
“Aku benci kau !” pekikku pada jam weker berwarna hitam kental itu yang sudah diam tergeletak di lantai.
“Aisshh cerewet sekali, baru saja aku menikmati tidurku !” gerutuku lalu kembali dalam posisi tidurku. Aku ingin terlelap lagi ke dunia mimpi.
‘BRAK!’
Pintu kamarku terbanting hebat. Suaranya sangat mengagetkan. Seseorang telah masuk ke kamarku secara tiba-tiba. Aku sudah biasa mendengarkan suara ini tiap paginya. Mataku terkejap-kejap berusaha beradaptasi dengan sinar yang menembus pintu kamarku yang terbuka.
“Hyukjae-ya… Bisakah kau sehari saja, tak menggannggu tidurku ? Bisa gila aku jika harus hidup seperti ini denganmu!” gerutuku kesal. Namja penyuka pisang itu selalu melakukan kebiasaan aneh tiap paginya, membanting keras kamar seorang Lee Sung Min. Lalu mengoceh tentang hal-hal yang sangat tidak masuk akal. Dan pada akhirnya ia selalu menghilang tanpa pamit! Berani sekali dia melakukan itu padaku?! Aisshh..
“Sungmin-ah ! Kau harus tau ini! Kau harus tau!!” pekiknya dengan nafas terengah-engah. Seperti habis dikejar monster pelari sprint!
“Mwo?!”
“Aku.. A..aku..”
“….”
“Aku diterima di klub renang Gyeongji ! Aku diterima ! Yaa!! Terima kasih Tuhan..” serunya senang sambil menggoyangkan pundakku.
“Lalu ? Aku bukan Tuhanmu, jangan memanggilku ‘Tuhan’!” responku dingin.
Ini hanya berita biasa yang menurutnya bahagia baginya. Tapi bukan apa-apa bagiku. Jamkanmanyo! Aku masih mengantuk, kuharap dia pergi dari sini. Secepatnya! Aku ingin segera tidur.
“Mwo ? Aissh.. Berilah ucapan selamat padaku..” rengek Hyukjae.
Tunggu ! Jangan lihat wajah itu! Itu wajah yang membuatku muak! Ia selalu merayuku dengan cara seperti itu! Aissh!!
“Hyung…” ia kembali merengek. Aku membalikkan badan. Kembali mengatur posisi tidurku.
“Selamat kalau begitu.” ucapku sekilas.
Tidak ada suara apapun darinya. Semenit hingga lima menit pun tak ada. Kucoba melihat ke belakang.
“Ya ! Dongsaeng kurangajar!! Bisa-bisanya dia meninggalkan Hyung-nya yang sedang berbicara, aisshh.. Benar-benar membuatku gila !” decakku kesal. Hyukjae memang harus diberi pelajaran.
^ Lee Sung Min PoV End ^
- xxxxx -
^ Shin Soo Yoong PoV ^
Gyeongji University. Universitas terbesar dan terbaik nomor 2 di wilayah Asia Timur setelah Jepang. Hanya muda-mudi yang mempunyai kecerdasan akademik tinggi dan kualitas ekonomi yang terjamin yang bisa menduduki salah satu kursi dari universitas tersebut. Murid-murid universitas itu pun tak hanya bisa diandalkan otaknya saja. Bidang kesenian dan jasmani mereka adalah pawangnya.
Aku bersyukur karena Tuhan mengijinkanku untuk bisa menuntut ilmu di universitas ternama ini. Ya, aku hanya berasal dari keluarga yang tak terlalu kaya yang mendapatkan beasiswa dan bisa bersekolah disini. Appa-ku hanya seorang pengantar pizza dari Toko ‘Oryo Pizza’, sedangkan Eomma-ku hanya pekerja butik milik temannya. Aku? Aku berusaha mencari uang dengan bekerja menjadi seorang loper Koran dan majalah serta menjadi wartawan untuk majalah Gyeongji. Tiap minggunya aku dan kru wartawan dari Gyeongji club hanya digaji 50 Won saja. Ya.. Setidaknya itu cukup untuk biaya makan keluargaku dan sekolah adikku.
Hari ini sepulang kuliah aku harus berkumpul di ruang khusus kru ‘Gyeongji Magazine’. Pemimpin redaksi majalah memintaku melakukan sesuatu.
- xxxxx –
Kutekan perlahan gagang pintu ruang staf majalah tersebut. Di sana sudah ada Lee Sung Min, Park Chan Ah, dan juga Kim Hwa Young. Tapi…..
“Annyeonghasseyo..” sapaku sambil membungkukkan badan. Kulangkahkan kakiku mendekati mereka lalu duduk di sofa empuk berwarna silver.
“Sooyoong-ya, kau tidak ada keperluan kan?” Sungmin angkat bicara.
“Aniya.. Aku tidak terlalu sibuk minggu ini..” balasku sambil tersenyum tipis.
“Syukurlah, bagus kalau begitu.” sahutnya.
“Memang ada apa?”
“Mwo? Jadi kau belum tahu?” tanya Chan Ah tampak kaget.
“Molla, tadi aku hanya disuruh ke sini.” balasku ringan.
“Siapa yang memberitahumu?” tanya Sungmin.
“Emm, entahlah. Dia namja, berkulit putih dan rambutnya hitam pendek dan seperti paku.” jelasku.
“Dia memakai jaket abu-abu?” tanya Sungmin lagi. Aku hanya mengangguk.
“Dia bernama Young Jin, Yoo Young Jin.” celetuk Chan Ah.
“Apa dia staf baru?”
“Ya, dia sebagai penulis baru di Gyeongji Magazine.” sahut Hwa Young.
“Arraseo..”
“Oh iya, kenalkan, dia juga staf baru, kembarannya Young Jin. Namanya Young Rin, Yoo Young Rin.” kata Sungmin sambil menatapku dan Young Rin.
“Ne, Young Rin imnida. Bangapta, Sooyoong-ah!” ucapnya ramah. Matanya begitu sipit. Jika ia tertawa bahkan terlihat seperti ia sedang memejamkan matanya, namun ia tetap cantik.
“Na do bangapseumnida Rin-ah..” balasku.
“Sudah cukup? Aku akan menerangkan tentang tugasmu Yoongie.” cetus Chan Ah ringan.
Chan Ah adalah orang yang sangat pendiam. Dia satu angkatan denganku di universitas ini. Namun semua itu terbongkar saat Chan Ah mempunyai inisiatif untuk mengikuti audisi pemilihan staf wartawan Gyeongji Magazine. Semenjak diterimanya dia disini, Chan Ah berubah menjadi sesosok yeoja yang agak cerewet! Hahaha~
Namun tidak setiap saat Chan Ah terlihat cerewet. Jika sedang ada di kelas ia termasuk yeoja pendiam. Ia lebih memilih berteman dengan buku ketimbang insan-insan di kelasnya. Oleh karena itu dia selalu masuk dalam 5 besar ranking di kelasnya.
^ Shin Soo Yoong PoV End ^
- xxxxx –
^ Cho Kyu Hyun PoV ^
Satu.. Dua..
Kulirik jam dinding yang ada di tembok kananku. Sudah 4 jam aku duduk berdiam disini. Aku bosan di kampus. Dosen kampus ini begitu membosankan!
“Ha! Sedang apa kau di sini?” pekik seorang namja dari belakangku.
“Yaa! Kau mengagetkanku!” balasku. Aisshh namja ini!
“Ayo ikut aku! Kita ada pertemuan dengan kelompok paduan suara.”
“Sekarang? Apa tidak bisa ditunda, Hae-ah? Aku sedang serius bermain game..” jawabku melas. Aku tinggal mengalahkan satu musuh lagi di Starcraft-ku, jinjja!
“Ani. Right now we must go to the studio, atau kau…”
Dia mencoba mengancamku ! Aku tahu ancamannya, jika tidak menurutinya aku tidak akan dibelikan DVD game terbaru, ya.. Hitung-hitung menghemat uangku. Sudahlah, daripada aku memang tidak dibelikan DVD game kesukaanku, kuturuti perintahnya.
“Arraseo!” pekikku sambil mematikan laptop. Sungguh, ini begitu tanggung, tinggal sedikit lagi aku mengalahkan siluman robot itu!
- xxxxx –
Aku dan Donghae keluar lab-comp, berjalan menyusuri koridor kampus. Aku malas. Kubiarkan Donghae berjalan mendahuluiku. Aku berjalan sambil memegang Handphone-ku, menunggu game baruku selesai di download. Studio musik ini terletak di lantai tiga gedung selatan Gyeongji University.
Kutekan kenop pintu studio musik Gyeongji University. Disana Gyeongji Chorus Club sudah membentuk barisan yang mirip seperti setengah lingkaran. Mereka sedang berlatih menyanyikan lagu Way. Lagu itu sangat nyaman didengar.
“Ah.. Dia ada di sana.” gumamku.
“Eh ? Nuguseyo?” tanya Donghae.
“Emm, amugeotdo ani.”
“Ahh~ pasti kau sedang mencari seseorang diantara club paduan suara itu, kan?”
“Jika memang iya?”
“Ani, siapa dia Kyu-ah ?”
“….”
“Yak! Apa kau tuli ?” pekik Donghae tepat di telinga kananku. Aissh, tak perlu sekeras itu juga menyadarkanku dari lamunan. Tunggu! Aku melamun? Ahh.. Itu tidak mungkin!
“Kenapa kau mengurusiku?” tanyaku sinis. Mataku kembali ke objek lamunanku tadi.
Donghae mencoba melihat arah mataku memandang. Menepatkan orang yang sedang kulamunkan. Melirikku, melirik ke arah regu paduan suara, melirikku, melirik ke arah regu paduan suara. Dia mengulang kegiatan itu terus menerus.
“Yak! Aku tahu siapa yang sedang kau lihat Kyu-ah.” celetuk Donghae.
“Ne? Siapa memangnya?”
“Itu! Yeoja yang memakai kalung hitam bukan?!” jawab Donghae sembari menunjuk ke arah salah satu anggota Gyeongji Chorus tersebut.
Jamkanman-yo! Dia tahu!
“….”
“Oh, arraseo. Kau menyukai yeoja itu bukan? Ayo, mengakulah Kyuhyun-ah!” ucap Donghae menggodaku.
“Apa-apaan kau ini!” bentakku keras.
“….”
Sekarang semua mata sedang memandangku. Aktivitasku yang akan menjitak kepala Donghae terhenti. Ternyata lagu Way sudah selesai dinyanyikan. Ya Tuhan! Sekarang aku serba salah.
“E..emm.. Annyeonghasseyo!” sapaku mengalihkan perhatian.
“Oh, kau Kyu. Duduklah.” balas Jung Soo.
Ya, Jung Soo adalah ketua dari Gyeongji Chorus Club ini. Dia yang mengurusi semua keperluan dan jadwal Gyeongji Chorus. Bahkan jika ada kompetisi antar paduan suara pun Jung Soo-nim yang mengurusinya. Memang ketua yang hebat.
Aku dan Donghae pun menarik kursi semi besi yang ada di dekat meja komputer. Kupandangi ke seluruh sudut studio ini. Tunggu! Di mana dia?
“Jadi, kenapa kau ingin menemui kami?” Donghae angkat bicara.
“Ah, itu. Kau tahu? Gyeongji Chorus akan mengikuti lomba di Paran University. Tolong kalian latih mereka, aku akan mengurus tentang kostumnya.” jelas Jung Soo.
“Apa hanya lagu ini?” tanyaku sambil mengangkat kertas bertuliskan chord dan not piano dari laguWay.
“Ani, masih ada satu lagi.” balasnya lalu mengambil secarik kertas dari dalam laci meja computer tersebut, “Ini, lagu Meikyuu dari Kishimoto Hayami. Kalian bisa kupercaya, kan?” tanya Jung Soo-nimmeyakinkan.
“Tentu!” seru Donghae mantap.
“Setelah ini kalian latih mereka, ya. Aku akan temui Heechul dulu untuk membahas kostumnya. Aku pergi!” ujarnya seraya membungkuk kemudian beranjak pergi meninggalkan studio.
“….”
“OK! Ayo semuanya kita berlatih lagi. Kyu, kau siapkan piano-nya.”
Aku mengangguk. Kulihat para anggota Chorus Club memang sangat antusias. Mereka begitu serius berlatih.
“Kunci D, hitungan keempat, ikuti alur musiknya. Arraseo?” seru Donghae dari mimbar dirigent. Ya, aku pianist dan Donghae dirigent-nya.
“Ne!” jawab para anggota tampak siap.
Kumainkan interlude dari lagu Way. Aku sangat suka memainkan lagu ini dengan piano dan harmonica, jadi tak perlu berpikir jika aku harus menekan tuts piano yang mana saja.
Memasuki bait lagu pertama suara satu bernyanyi dengan diharmonikan oleh regu suara dua. Mereka berusaha menyatukan suara di masing-masing nada. Pada bagian reffren suara satu bernyanyi dan dibuntuti oleh suara tambahan dari suara dua. Entah kenapa aku begitu semangat memainkan alat musik ini. Mungkin karena….
“Ah.. Aku tak tahu jika Jung Soo-hyeong sudah melatih kalian hingga jadi sebagus ini. Baik. Istirahat lima menit lalu berlatih lagu kedua.” kata Donghae semangat.
“Ahh gomawo Donghae-ya..” sahut para anggota Chorus senang.
- xxxxx –
Selanjutnya single dari penyanyi solo asal Jepang, Kishimoto Hayami. Lagu berjudulkan Meikyuu ini sangat menyentuh. Lagu itu sedikit beralur beat dan ballad, nyaman didengar. Apalagi jika digunakan sebagai lagu untuk paduan suara.
“Hae-ah! Ayo pulang.” ajakku pada Donghae.
Latihan sudah selesai, minggu depan mereka akan bertanding. Besok sore aku dan Donghae harus melatih mereka lagi. Huh, lelahnya.
“Aku pulang lebih dulu, ya!” seru Donghae pada teman-teman yang masih di dalam studio. Sebagian dari mereka memang sudah keluar untuk menanti jemputan masing-masing.
Sekarang aku dan Donghae sudah berada di lantai bawah gedung selatan kampusku. Menghadap ke arah jalan raya berharap ada taksi yang lewat untuk menjemput dan mengantar kami pulang.
“Oh Kyu! Supirku sudah datang rupanya, aku pergi dulu ne? Sampai jumpa!” pamit Donghae lalu berlari menuju mobil Sport Silver miliknya.
Ya. Sore ini di Kota Seoul sedang hujan. Murid-murid yang biasanya pulang dengan menaiki kereta atau pun bus umum menolak untuk melakukannya. Mereka lebih memilih orangtua-nya yang menjemput atau menumpang kendaraan temannya. Aku? Supirku pemalas! Dia hanya tidur-tiduran di rumah!
Satu per satu dari murid yang sedang menunggu jemputan pun menghilang. Mereka telah sampai di rumahnya. Aku hanya menunggu hujan reda dan segera pulang dengan taksi. Kulihat di sekelilingku, sudah pergi semua. Gyeongji sudah kosong. Hanya ada pohon besar yang diterpa angin.
Namun ternyata itu palsu. Mataku menemukan sesosok yeoja pemakai kalung hitam sedang berdiri sambil terus menekan layar handphone-nya, berharap ada orang yang mengangkat teleponnya. Dia mengulangi kegiatan itu berkali-kali.
Kucoba melangkah mendekatinya. Tidak terlalu jauh dari tempatku berdiri.
“Annyeong~” sapaku mencoba tak canggung.
“Ne.” responnya sambil membungkukkan badan.
“Oh, syalmu terjatuh noona.”
Syal biru lembut berwarna putih jatuh dari lengannya. Dia tidak memakainya, hanya menyelempangkannya. Tapi syal ini kotor. Air hujan menggenang sampai di teras kampus ini. Syal putih yang tadinya bersih kini menjadi coklat-kehitaman.
“Mianhae, syalmu kotor.” kataku sambil mengambil lalu menyerahkan syal miliknya.
“Tak apa. Aku masih punya banyak di rumah. Terimakasih sudah mengambilkan.” balas yeoja itu ramah.
“….”
“Apa aku mengenalmu?” tanya yeoja itu tiba-tiba.
“Ne ? Tentu. Aku Kyuhyun. Aku yang pernah maju lomba menyanyi solo bersamamu noona, apa kau lupa?” tanyaku kembali. Yeoja ini adalah yeoja yang kucari saat dia ada di studio musik tadi.
“Kyuhyun?” dia menatapku. Meneliti wajahku seolah mengingat-ingat.
“Ah~ Kyuhyun-sshi. Aku tahu dirimu, hahaha..” ia terkekeh.
“Apa? Kenapa kau tertawa ? Apa yang lucu?” tanyaku kebingungan.
Apa itu? Kurasakan ada aura yang berbeda saat dia tertawa. Senyumannya membuat jantungku seakan ingin meloncat dari dadaku. Apa ini? Apa yang kurasakan sekarang?
“Aniyo.. Aku hanya ingat saat kau memintaku untuk latihan vokal bersama, dan kau malah menyuruhku untuk berlatih basket, hahahahaa..”
Aku teringat kejadian beberapa bulan yang lalu.
Saat masih menduduki bangku SMA kelas tiga aku sempat mengikuti lomba menyanyi solo. Aku berlatih selama sebulan. Lalu tanpa diketahui partnerku se-SMA untuk maju nasional adalah yeoja ini. Tak disangka bahwa dia adalah adik kelasku. Aku gugup. Pelatihku sedang sakit dan tidak bisa melatihku. Alhasil aku meminta yeoja ini untuk menemaniku latihan. Namun aku lupa. Hingga saat ditelponnya aku malah memintanya untuk berlatih basket karena saat itu aku juga sedang bermain basket dengan teman-teman klub basketku. Itu konyol sekali, aku bisa salah tingkah dibuatnya. Memalukan.
Dan sekarang aku bertemu lagi dengannya untuk kedua kalinya. Kami satu kampus, Gyeongji University. Tunggu! Aku baru ingat jika aku salah tingkah waktu itu. Ada apa ini?
“Kyuhyun-sshi?” ucap yeoja itu sambil melambaikan tangannya di depan wajahku. Oh tidak, aku melamun lagi.
“Ah, ne?” responku.
“Apa kau masih ingat namaku?” tanya yeoja itu.
Apa? Dia menanyakan namanya? Gawat, aku lupa!
“….”
“Aku yakin kau sudah lupa, hahaha. Aku In Yeon, Park In Yeon.” balasnya sambil tersenyum.
“In Yeon? Ah arraseo. Aku lupa, mianhae noona..” kuelus tengkukku tanda malu.
“Kyu, panggil namaku saja, jangan noona, itu membuatku sedikit risih..” pintanya.
“Dan kau harus memanggilku oppa ne, noona? Eh, In Yeon-ah!”
“Hahaha, jadi, kau yang selalu melatih Chorus club ini?” perbincangan kecil muncul begitu saja dari mulut In Yeon.
“Ani, aku hanya mengiringi Chorus club ini sebagai pianist.” Jawabku singkat.
“Oh begitu, tapi Oppa, sebenarnya suaramu itu sangat bagus!” ucap In Yeon gembira.
Apa? Dia tersenyum lagi! Jantungku kembali berdebar. Perasaan apa ini Tuhan..
Kucoba menarik napas, berusaha menetralkan detak jantungku yang begitu cepat.
“Tidak juga, kau kan yang dulu berhasil meraih juara pertama? Aku hanya mendapat peringkat kedua.” sanggahku halus.
“Ah Oppa. Tapi sebenarnya memang suaramu yang paling merdu.” balasnya. In Yeon begitu ramah padaku.
“Yak! Kau ini jangan membantah senior!” kujitak kepalanya. Kurasa aku sudah mulai akrab dengannya.
“Auw~” rintihnya sembari memegangi pucuk kepala, “sakit Oppa!”
Tiba-tiba mobil Alphard berwarna hitam menghampiri kami. Seorang namja paruh baya keluar dari mobil tersebut sambil membawa payung. Kemudian dia berjalan ke arahku. Bukan, ke arah In Yeon tepatnya.
“Ah Oppa, jemputanku sudah datang, aku pulang dulu ne? Annyeong!” ucapnya sambil meraih payung yang dibawa namja paruh baya tersebut kemudian berlari ke mobilnya.
“Ne~ Sampai jumpa In Yeon-ah!” seruku sembari melambaikan tangan padanya.
Aku menghela napas senang. Bahagia bisa bertemu dengan In Yeon lagi. Dan….. Sekarang tinggal aku seorang di kampus! Aigo hujan pun belum reda. Aisshh!
^ Cho Kyu Hyun PoV End ^
- xxxxx –
^ Lee Hyuk Jae PoV ^
Air biru yang selalu terkuras seminggu dua kali itu terlihat jelas di mata. Di sudut kanan pun ada tempat untuk melompat dari ketinggian 2,5 meter dan 7 meter. Semua orang sedang berkumpul untuk melatih ototnya – melakukan pemanasan. Ruangan 20 x 30 meter ini mempunyai atap yang sedikit transparan. Dibuat agar sinar matahari yang diserapnya tak begitu membuat ruangan jadi panas.
Pagi ini aku sudah berdiri untuk bersiap mengikuti ekstra olahraga renang di klub kampusku. Aku sudah menggunakan celanan renang dan kacamata air yang kuangkat hingga puncak kepala.
“Kau? Kau Lee Hyuk Jae?” tanya seorang yeoja yang tiba-tiba mengagetkanku. Dia memakai pakaian renang wanita yang warnanya sama sepertiku – abu-abu.
“Ne, waeyo?”
“Jeongmal? Ini benar Lee Hyuk Jae?” tanya yeoja itu sekali lagi.
“Siapa kau? Murid baru?” tanyaku balik.
“Ne, Yoo Young RIn imnida.” jawabnya polos sambil tersenyum padaku.
“Baru masuk tahun ini?” tanyaku lagi.
“Ya, aku diterima di Gyeongji University tahun ini, Oppa. Aku adik kelasmu.” Sahutnya masih tersenyum.
“Oh, kau sendirian di sini? Apa ada temanmu juga yang ikut ekstrakurikuler renang?”
“Ani, eonni-ku datang menemani. Dia kenalanku pertama kali di kampus, hahaha.” ia terkekeh. Aku hanya membalasnya dengan senyum.
“Kenalan? Siapa? Di mana yeoja itu?”
“Di sana Oppa, sedang duduk memainkan handphone-nya.” jawab Young Rin sambil mengarahkan telunjuk kanannya ke suatu tempat. Sontak kuputar arah pandangku mengikuti tangan Young Rin.
“Tunggu dulu.. Apa aku mengenalnya?”
“Ne? Tentu. Dia teman sekelasmu. Rin Mi Eonni, Shin Rin Mi. Waeyo Oppa?”
“Ani.. Hanya saja aku heran di bisa akrab denganmu, kau tahu? Di kelas ia begitu pendiam, haahahaa..” ledekku.
“Jinjja? Ah aku baru tahu..”
“Sudahlah, ayo kita pemanasan.” kataku. Young Rin mengangguk dan kemudian mulai berhitung untuk waktu tertentu sambil menggerakkan salah satu anggota tubuhnya.
- To Be Continued -
Hehee~ gimana FFnya? Bagus gak? Jujur yah #plak
Kalo ada kekurangan tinggal bilang aja~
Tunggu chapter 2 nya ya, kkekekekee..
Dialognya belum semua, sebagian malah cuma kesebut-sebut doang XD
Jangan lupa RCL, kalau enggak, saya gak mau ngelanjutin *ngancem :P
Also posted at page Big Family of KRY Indonesia
_ Park In Yeon _

Tidak ada komentar:
Posting Komentar